Rabu, 24 Juli 2013


Jember merupakan salah satu penghasil jeruk yang khas di Indonesia, yaitu “Jeruk Semboro”. Rasa manis dan segar mampu memanjakan penggemar dan peminat buah jeruk hingga dapat membuat lidah penikmat jeruk ketagihan. Salah satu pe­tani yang membudidayakan jeruk Semboro adalah H. Mukojien. Awal tahun 1998, terjadi serangan virus CVPD terhadap tanaman jeruk Semboro, sehingga membuat petani di Desa Semboro kehilangan tanaman jeruknya. Rasa penasaran dan ingin mencoba-coba untuk budidaya tanaman jeruk, membuat Mukojien se­rius dan menekuni budidaya jeruk Semboro. Berawal dari 200 bibit yang dibelinya dengan harga Rp 2.000 per bibit, Mukojien membudidayakan jeruk Semboro.
Sifat tanaman jeruk yang relatif cepat berbuah, produksi dan produktivitas yang cukup tinggi, daya adaptasi yang luas, serapan pasar yang cukup tinggi serta dukungan informasi dan teknologi perjerukan yang lebih maju merupakan beberapa pertimbangan Mukojien untuk memilih jeruk sebagai tanaman yang diusahakan.  Jeruk Semboro milik Mukojien  tumbuh berupa pohon berbatang rendah dengan tinggi antara 2-8 m. Umumnya tanaman ini tidak berduri. Batangnya bulat atau setengah bulat dan memiliki percabangan yang banyak dengan tajuk sangat rindang. Dahannya kecil dan letaknya berpencar tidak beraturan. Daunnya berbentuk bulat telur memanjang, elips, atau lanset de­ngan pangkal tumpul dan ujung merun­cing seperti tombak. Permukaan atas daun berwarna hijau tua mengilat, sedangkan permukaan bawah hijau muda. Panjang daun 4-8 cm dan lebar 1,5-4 cm. Tangkai daunnya bersayap sangat sempit sehingga bisa dikatakan tidak bersayap.
Perawatan jeruk Semboro yang dilakukan Mukojien dengan menggunakan pupuk Za, Phonska, KCL, serta membongkarnya dalam waktu 10 tahun sekali, hal ini dikarenakan peremajaan dapat menghindari serangan penyakit CVPD yang pernah menyerang jeruk Semboro di Desa Semboro hingga rusak keseluruhan. Proses panen yang dilakukan Mukojien dengan cara pemotongan dengan menggunakan pisau atau gunting, karena apabila menggunakan tangan dapat menyebabkan sobekan kulit buah tertinggal. Untuk mendapatkan buah dengan rasa manis, Mukojien memetiknya atau memanennya belakangan. Mendapatkan kualitas jeruk yang terbaik menurut Mukojien tidaklah mudah, karena kulit jeruk yang memiliki tekstur yang lembut dan mudah mengelupas, sehingga disarankan berhati-hati dalam proses pascapanennya. Jeruk semboro dipanen dan dipilah-pilah  menurut ukuran dan  kualitas dari warna serta kulit buah jeruk Semboro.
Pemasaran jeruk Semboro yang dilakukan oleh Mukojien melalui tengkulak yang telah memesan sejak buah belum masak. Tengkulak membeli jeruk Semboro dari Mukojien dengan harga Rp 2000 per kg, sedangkan Mukojien juga menjual langsung pada konsumen de­ngan harga Rp 3.000 per kg, untuk buah besar Rp 5.000 per kg jika tidak musim jeruk Semboro. Jeruk Semboro ternyata bukan hanya memiliki citarasa yang khas, tetapi juga memiliki suatu kebiasaan yang aneh yaitu apabila di tahun ini panen sa­ngat berlimpah, maka dapat diprediksi di tahun selanjutnya hasil panen akan turun sekitar 2 kali lipat dari tahun sebelumnya, sampai saat ini masih belum diketahui sebabnya” ujar Mukojien. (Rizki S.)